Halaman

Sabtu, 17 September 2011

Puisi Untuk Nazaruddin

Seperti kami, kau juga korban dari kebiasaan
Seperti kami, kau juga inti dari tradisi

Di negeri lelucon ini
Kita dan kecurangan telah bersatu
Bagai aur dengan tebing
Bagai ruh dengan jasad

Di dalam gedung DPR, wakil rakyat
Curang pada amanat
di dalam mahkamah agung, para hakim
curang atas keadilan
di rumah-rumah sakit, para dokter
curang terhadap kemiskinan
di sekolah-sekolah negeri, para guru
curang dalam ujian

Dimana-mana kecurangan merajalela

di kantor-kantor gubenur, para gubenur
curang dalam anggaran
di kantor-kantor dinas, para pegawai negeri
curang atas tanggungjawab
di kantor-kantor polisi, para polisi
curang terhadap hukum
di kantor-kantor pajak, para pemungut pajak
curang pada negara

Dimana-mana kecurangan bertebaran

di media-media massa, para reporter
curang terhadap informasi
di layar-layar televisi, layanan iklan
curang pada larangan merokok
di pangung-panggung hiburan, para artis
curang dalam tata krama
di tempat-tempat maksiat, para pemuda
curang atas akidah

Dimana-mana kecurangan tumbuh subur

di pasar-pasar, para pedagang
curang atas takaran
di rumah-rumah, orang tua
curang terhadap anak-anak
di stadion-stadion, para suporter
curang pada semangat
di seminar-seminar, para pembicara
curang dalam penerapan

Dimana-mana kecurangan berkembang pesat

di jalan-jalan raya, para pengendara
curang pada ketertiban
di tempat-tempat publik, para pengunjung
curang terhadap kebersihan
di tapak-tapak proyek, para pekerja
curang atas keselamatan
di koridor-koridor universitas, mahasiswa
curang dalam kesadaran

Dimana-mana kita hidup dan tidur dalam kecurangan

Maka dari itu, kembalilah Nazaruddin
kau adalah idola penduduk negeri ini
penduduk yang sudah dan bakal melakukan
kecurangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar