Halaman

Selasa, 04 Oktober 2011

Setenang Buaya

Dari tebing berlumpur,
dengan kekuatan tak terbendung
Ia merangkak, siap bertempur
Tak secuil pun merasa takut
pada alam yang kian mereput
maupun langit yang dicekik mendung

Dingin tatapan matanya mampu
menoreh luka sampai ke jantung
Kukuh kerangka rahangnya mampu
mengoyak sekujur kemegahan gunung
Deras lecutan ekornya mampu
mengundang tujuh lapisan raung

Seindah gerak penari kraton
Ia meliuk-liuk di dasar kali
memecah arus yang selembut nadi
dengan kulitnya yang sekeras beton
Oh, ia menukik dan menjunam!
Laksana sebilah pedang yang menghunjam

Serangkaian pesan tak pernah diutus
saat ia memapir merenggut nyawa
Disentaknya semua yang bisa terputus
Diseretnya semua yang bisa dibawa
Habis! Tak menyisakan apa-apa
Berlalu! Tanpa meneteskan air mata

Kini ia merangkak ke singgahsana
Berjemur di bawah lembap udara
Mensyukuri berkah pemberian Tuhan
Mengagumi kekuatan pemberian alam
Seperti kemarin ia tengkurap, wajahnya datar, mulutnya- menganga
persis para penganggur!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar