Halaman

Sabtu, 17 September 2011

Kail

Tubuh kail terpancang kukuh
Di wajah laut yang kian menghijau
Tak peduli ia sapaan jauh
Apalagi dengus makian keluh

Sesekali camar melempar rindu
Pada matanya yang mulai membiru
Namun tak secuil ia bernafsu
Terlanjur cinta sudah menyatu

Ketika jagad mulai menangis
Daun keladi menjadi selimut
Menutup hati dari yang miris
Membungkus erat semua yang hangat

Kembali jagad menebar sengat
Menusuk kulitnya yang sehitam selut
Bukan pergi mencari teduh
Malah tersenyum menyambut ngilu

Perlahan uzur membelai hari
Mengundang malam menggeser senja
Semakin tegap ia berdiri
Menunggu esok menyongsong lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar