Lama aku terlentang di bibir
pedih yang tandus
menggapai nyawa diantara gugusan
bintang yang ketus
Namun mengapa kau tak pernah hadir
mengoyak selaput rinduku?
Tidak ada lagi yang tersisa di persinggahan ini
Semuanya dilindas keangkuhan yang membutakan nalar
Keangkuhan yang membunuh bunga-bunga kecil di Palestina
Merongrong jadad raya dengan kehitaman cakar
Menyeret penafsiran ke lembah paling hina
Lalu dunia tersenyum, berbangga dengan kekeliruan ini
Apa lagi yang bersinar di persinggahan ini?
Saat segalanya meredup dihembus pawana keserakahan
Kitab keagungan hanya sebatas perhiasan
Jiwa membengkak hanya dengan pujian-pujian mini
Persaudaraan dipenggal demi selembar kertas
Dan kau tersenyum, lalu tertawa lepas
Ah...
Kemana hilangnya semua nasihat Nabi?
Mengapa tak kulihat serpihan bayangnya disini?
Yang ada hanya rasa benci pada sesama
Seakan perpecahan itu dapat membentuk lapisan ozon baru
yang nantinya akan melindungi kulit mereka yang penuh kusta
Nyatanya dunia keliru karena matahari dicipta bukan untuk merusak
Ah...
Lama aku terlentang di bibir
pedih yang tandus
Menggapai bintang diantara gugusan
bintang yang ketus
Namun mengapa kau tak pernah hadir
merenggut sisa hidupku yang membusuk?
Minggu, 09 Oktober 2011
Tidak Ada Yang Seindah Maut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar